
"Ya Allah, berilah aku rezeki cinta Mu dan cinta orang yang bermanfaat buat kucintainya di sisi-Mu. Ya Allah segala yang Engkau rezekikan untukku diantara yang aku cintai, jadilah itu sebagai kekuatanku untuk mendapatkan yang Engkau cintai. Ya Allah, apa yang Engkau singkirkan diantara sesuatu yang aku cintai, jadikan itu kebebasan untukku dalam segala hal yang Engkau cintai" (HR. Al-Tirmidi)
(www.ryzkur.com) | Seseorang yang hatinya penuh cinta dan rindu pasti mengutamakan kekasihnya dari yang lain dalam segenap tindak dan fikirnya.
Seseorang yang mencintai Rasulullah SAW menjadikan ujian dan cobaan yang menimpanya sebagai jalan untuk mentaati Allah SWT. Dia mencintai apa yang dicintai Rasulullah SAW, dan membenci apa yang tidak disukai Rasulullah SAW.
Bibir dan lidah senantiasa mengungkapkan singatan terhadap kekasih melalui lafadz sholawat. Berusaha melafadzkannya setaip masa, saat susah maupun senang. Kekasih yang bernama Raasulullah Muhammad SAW senantiasa hidup dalam hatinya, mengesankan pada hati, lidah dan tingkah
Selalu merasakan bahwa diri kita ini bersalah, banyak dosa dan khilaf terhadap Allah. Lantas akan mengingatkan kita kepada sunnah Rasulullah yang belum cukup kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa bersalah dan berdosa menjadikan hati dioenuhi dengan rasa ingin kembali kepada-Nya, bertaubat dan memohon pengampunan dari-Nya.
Diri yang selalu merasa bersalah akan terus berusaha memperbaiki dirinya dari masa ke masa, menemui ketenangan dalam usahanya meraih rahmat dan kasih sayang Allah.
Rasa bersalah akan menjadikan kita terus tegar menyelak lembar-lembar sirah baginda Rasulullah SAW supaya setiap apa yang baginda lakukan akan senantiasa hidup dalam hati, lisan dan perbuatan.
Diri yang merasa bersalah akan senantiasa merasa rendah hati dan tawaduk, senantiasa memamandang orang lain lebih mulia dari pada dirinya, tidak memandang buruk orang yang melakukan dosa dan tidak menafikan hak orang lain untuk bertaubat. Orang yang merasa bersalah akan senantiasa memaafkan, hatinya lapang dan bertasamuh.
Rasa bersalah disertai dengan proses bertaubaat, zikir dan fikir akan kebesaran-Nya, tidak membelenggu hati dalam kerumunan dan menyendiri.
Merasa bersalah ini rasa 'ubudiyyah, terbit dari rasa sebagai seorang hamba, lantas akan memperkasa ibadah.ilmu dan amal. Membesarkan jiwa dengan ibadah, mohon bantuan dari orang-orang akrab, supaya bisa kita diingatkan dan dibetulkan.
Dalam sirah, amalkan sunnah dan tadabburi wahyu, karena itulah tanda kalbu yang penuh rindu.
Sumber : Mutiara Amaly Volume 121 | hal.5
Post a Comment Blogger Facebook