Kita mengingat dan belajar dari kisah yang begitu indah. Di saat Ibrahim berbahagia dengan kelahiran puteranya yang bertahun lamanya ditunggu, Allah perintahkan beliau membawa isterinya, Hajar dan juga puteranya yang bernama Ismail ke Bakkah atau Mekah, tempat yang sangat sepi, tandus tak ada pepohonan maupun mata air cadangan minuman. Saat beliau hendak meninggalkan keduanya, Hajar bertanya, "Mengapa kau tinggalkan kami disini?" Ibrahim tak mampu menjawab apa-apa. Lalu Hajar bertanya, "apakah ini perintah Allah?" Beliau menjawab, "Iya." Hajar pun berkata, "Kalau begitu, pastilah Allah tidak akan menelantarkan kami!"
Hajar tidak menyangka bahwa nantinya Mekah menjadi begitu makmur dan tak pernah sepi sedikitpu dari orang-orang yang mengunjunginya. Mata air zam-zam yang Allah anugerahkan untuk beliau berkahnya hingga sekarang dirasakan jutaan manusia setiap harinya. Yang beliau tahu ketika itu adalah beliau harus taat terhadap perintah Allah, dan kesudahan yang baik diberikan kepada hamba-Nya yang bertakwa.
Saat Ibrahim as diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih puteranya, beliau juga tidak tahu sebelumnya, bahwa nantinya Ismail akan digantikan dengan seekor domba. Yang beliau tahu adalah bahwa beliau harus menjalankan perintah Allah, lalu Allah memberikan kesudahan yang membahagiakan yang membahagiakan kepada beliau, sebagai balasan kesetiaan beliau terhadap perintah Allah.
Sebagaimana juga Nabi Musa as, juga tidak tahu sebelumnya, bahwa nantinya laut akan terbelah setelah tongkat beliau dipukulkan ke lautan. Yang beliau tahu bahwa itu adalah perintah Allah, dan pasti Allah memberikan jalan keluar.
Nabi Nuh juga tidak tahu bahwa akan terjadi banjir bandang, saat beliau membuat kapal di musim kemarau hingga ditertawakan kaumnya. Beliau hanya menjalankan perintah, lalu Allah memberikan kesdahan yang bagi beliau dan orang-orang yang mengimaninya.
Ini memnjadi rumusan bagi orang yang beriman bahwa wal 'aaqibatu lil muttaqin, kesudahan yang diperutukan bagi orang yang bertakwa; yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Maka apapun yang Allah perintahkan kepada kita, pastilah ada akhir yang membahagiakan kita selagi mau menjalankannya. Wallahu a'lam bishawab.
Sumber : Abu Umar Abdillah (Kalam Dakwah | Edisi 09 | Tahun I | Oktober 2014 M | Dzulhijah 1435 H)
Post a Comment Blogger Facebook