
"Di hari yang harta dan anak-anak tidak bisa memberikan manfaat, kecuali orang yang menghadap Allah dengan membawa hati yang selamat (qolbun salim)." (HR. Asy-Syu'ara : 88-89)
(www.ryzkur.com) | Tiada seorangpun yang ingin sengsara kelak di akhirat. Semua ingin selamat dan memperoleh kebahagiaan. Satu hal yang harus kita ingat, kelak di hari akhir, harta kekayaan yang kita miliki di dunia ini tak akan kita bisa gunakan untuk menebus dosa dan kesalahan kita. Istri dan handai taulan pun tak akan bisa membantu kita. Satu-satunya yang bermanfaat adalah qolbun salim (hati yang selamat), yang bersemi di dalamnya iman dan ketakwaan.
Oleh karenanya, seorang hamba yang yakin berjalan menuju Allah, ia harus memiliki perhatian yang besar untuk selalu membenahi dan meluruskan hatinya serta memeriksa penyakit-penyakit yang menjangkitnya dan berusaha untuk mengobatinya.
Rasulullah SAW bersabda :
"Ingatlah, sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah, yang jika baik, baik pula seluruh jasad dan jika rusak, rusak pula seluruh jasad, ingatlah dia adalah hati." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hati itu ibarat panglima dan anggota badan itu ibarat tentara. Lurus dan tidak nya anggota badan sangat terkait dengan lurus atau tidaknya hati. Maka hati bertanggung jawab atas baik atau tidaknya anggota badan.
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, "Hadits ini mengisyaratkan bahwa kebaikan tindakan seorang hamba dengan anggota badannya, usaha menjauhi perkara-perkara haram dan menjaga diri dari perkara-perkara syubhat sesuai dengan kadar kebaikan hatinya. Jika hatinya selamat, tidak ada sesuatu didalamnya kecuali rasa cinta kepada Allah dan takut terjerumus kedalam perkara yang dibenci-Nya, niscaya akan baiklah seluruh gerakan anggota badanya, sehingga akan tumbuh usaha utuk menjahui semua perkara haram dan menjaga dari semua perkara syubhat, karena khawatir terjerumus ke dalam yang haram. Sebaliknya, jika hati rusak, dikuasai oleh keinginan hawa nafsu, msekipun dibenci Allah, niscaya rusaklah seluruh gerakan anggota badan dan mendororng untuk melakukan kemaksiatan."
Qolbun salim adalah hati yang selamat dari setiap syahwayt (keinginan) yang menyelisihi perintah dan larangan Allah dan selamat dari setiap syubhat (kesamaran) yang bertentangan dengan khabar-Nya.
Orang yang memiliki qolbun salim tidak akan beribadah selain kepada Allah, karena Allah telah mengabarkan bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia.
Orang yang memiliki qolbun salim tidak akan berhukum dan mengambil petunjuk kepada selain Rasulullah SAW, karena beliau adalah ususan Allah yang menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia.
Seluruh peribadatannya murni hanya diperuntukan kepada Allah, rasa cintanya, tawakalnya, ketundukannya, rasa takut dan harapannya, semua ditunjukan hanya kepada Allah Ta'ala. Seluruh amalnya karena Allah, jika ia mencintai sesuatu, maka cintanya itu karena Allah dan jika ia membenci sesuatu, maka bencinya juga karena Allah. Ia memberi karena Allah dan tidak memberipun juga karena Allah.
Tidak cukup sampai disitu, tapi ia juga harus selamat dari sikap tunduk, patuh dan berhukum kepada selain Rasulullah SAW, maka ia harus mengikat kuat hatinya bersama Rasulullah SAW dengan ikatan yang kuata dan sempurna, sehingga ia hanya mengambil beliau sebagai panutan, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dan ia tidak akan mendahulukan akidah, perkataan dan perbuatan orang lain dihadapan beliau.
Allah SWT berfirman :
Maka qolbun salim adalah hati yang tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Hati yaang siap menerima kebenaran. Dan kebenaran itu hanya berasal dari Allah dan Rasul-Nya.
Sumber : Az (Kalam Dakwah Edisi 09 | Tahun I | Oktober 2014 M | Dzulhijjah 1435)
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, "Hadits ini mengisyaratkan bahwa kebaikan tindakan seorang hamba dengan anggota badannya, usaha menjauhi perkara-perkara haram dan menjaga diri dari perkara-perkara syubhat sesuai dengan kadar kebaikan hatinya. Jika hatinya selamat, tidak ada sesuatu didalamnya kecuali rasa cinta kepada Allah dan takut terjerumus kedalam perkara yang dibenci-Nya, niscaya akan baiklah seluruh gerakan anggota badanya, sehingga akan tumbuh usaha utuk menjahui semua perkara haram dan menjaga dari semua perkara syubhat, karena khawatir terjerumus ke dalam yang haram. Sebaliknya, jika hati rusak, dikuasai oleh keinginan hawa nafsu, msekipun dibenci Allah, niscaya rusaklah seluruh gerakan anggota badan dan mendororng untuk melakukan kemaksiatan."
Qolbun salim adalah hati yang selamat dari setiap syahwayt (keinginan) yang menyelisihi perintah dan larangan Allah dan selamat dari setiap syubhat (kesamaran) yang bertentangan dengan khabar-Nya.
Orang yang memiliki qolbun salim tidak akan beribadah selain kepada Allah, karena Allah telah mengabarkan bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia.
Orang yang memiliki qolbun salim tidak akan berhukum dan mengambil petunjuk kepada selain Rasulullah SAW, karena beliau adalah ususan Allah yang menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia.
Seluruh peribadatannya murni hanya diperuntukan kepada Allah, rasa cintanya, tawakalnya, ketundukannya, rasa takut dan harapannya, semua ditunjukan hanya kepada Allah Ta'ala. Seluruh amalnya karena Allah, jika ia mencintai sesuatu, maka cintanya itu karena Allah dan jika ia membenci sesuatu, maka bencinya juga karena Allah. Ia memberi karena Allah dan tidak memberipun juga karena Allah.
Tidak cukup sampai disitu, tapi ia juga harus selamat dari sikap tunduk, patuh dan berhukum kepada selain Rasulullah SAW, maka ia harus mengikat kuat hatinya bersama Rasulullah SAW dengan ikatan yang kuata dan sempurna, sehingga ia hanya mengambil beliau sebagai panutan, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dan ia tidak akan mendahulukan akidah, perkataan dan perbuatan orang lain dihadapan beliau.
Allah SWT berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Hujurat : 1)
Maka qolbun salim adalah hati yang tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Hati yaang siap menerima kebenaran. Dan kebenaran itu hanya berasal dari Allah dan Rasul-Nya.
Sumber : Az (Kalam Dakwah Edisi 09 | Tahun I | Oktober 2014 M | Dzulhijjah 1435)
[-(
ReplyDelete