(Ryzkur.com) Harta Antara Nikmat dan Fitnah? | Rumah, kedaraan pribadi, jabatan dan semisalnya adalah karunia yang diberikan kepada masing-masing manusia. Secara naluri manusia setiap orang yang mendapatkan harta akan merasa senang dan gembira.
Ets,, sebentar dulu… ada pertanyaan yang harus dijawab dalam masalah ini, apakah seluruh harta yang kita dapatkan dapat dikatakan nikmat?, ataukah hanya sebagai niqmah (bencana)?
Mengapa demikian?, sebab dalam masalah reziki Allah tidak membedakan antara orang mukmin dan orang kafir, antara orang yang berbuat amal shalih dan orang yang selalu bermaksiat. Mereka semua mendapatkan rizki Allah, hal ini Karena Allah dzat yang maha Ar-Rahman (Pengasih), dan karena di mata Allah dunia tidak lebih berharga dari sayap lalat.
Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)
Dari sini yang harus kita perhatikan adalah apakah setiap rizki yang kita dapatkan adalah nikmat dari Allah ataukah niqmah dari-Nya.
Perbedaan antara nikmat dengan niqmah adalah, nikmat adalah setiap rizki yang dapat menjadikan sarana beribadah kepada Allah, sedangkan niqmah adalah rizki yang didapatkan orang kafir dan fasiq untuk menambah dosa dan catatan amal buruk.
Perhatikanlah firman Allah:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ تَعَالى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” (HR. Ahmad, no.17349, Thabrani dalam Al-Kabir, no.913, dan disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 414).
Lalu, bagaimanakah cara mengetahui status rizki yang kita miliki apakah termaksuk nikmat atauka niqmah? Caranya adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah:
سئل ابن القيم إذا أنعم الله على الإنسان بنعمة كيف يعرف إن كانت فتنة أم نعمة؟ فقال:إذا قربته إلى الله فهي نعمه وإذا أبعدته عن الله فهي فتنه .
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah ditanya: “Apabila Allah memberi rizki kepada manusia, bagaimana cara ia membedakan apakah itu fitnah (niqmah) atau nikmat? Beliau menjawab: “Jika rizki itu mampu mendekatkan dirinya kepada Allah, maka itu adalah nikmat, namun jika rizki itu justru menjauhkan dirinya dari Allah maka itu adalah fitnah (niqmah).
Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang dapat mempergunakan rizki Allah dalam rangka ketaatan. Walallahu ‘Alam.
By: Zaid Royani, MADINA-Majelis Dakwah Islam Nusantara-
(Ryzkur.com) Harta Antara Nikmat dan Fitnah?
Ets,, sebentar dulu… ada pertanyaan yang harus dijawab dalam masalah ini, apakah seluruh harta yang kita dapatkan dapat dikatakan nikmat?, ataukah hanya sebagai niqmah (bencana)?
Mengapa demikian?, sebab dalam masalah reziki Allah tidak membedakan antara orang mukmin dan orang kafir, antara orang yang berbuat amal shalih dan orang yang selalu bermaksiat. Mereka semua mendapatkan rizki Allah, hal ini Karena Allah dzat yang maha Ar-Rahman (Pengasih), dan karena di mata Allah dunia tidak lebih berharga dari sayap lalat.
Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)
Dari sini yang harus kita perhatikan adalah apakah setiap rizki yang kita dapatkan adalah nikmat dari Allah ataukah niqmah dari-Nya.
Perbedaan antara nikmat dengan niqmah adalah, nikmat adalah setiap rizki yang dapat menjadikan sarana beribadah kepada Allah, sedangkan niqmah adalah rizki yang didapatkan orang kafir dan fasiq untuk menambah dosa dan catatan amal buruk.
Perhatikanlah firman Allah:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)
Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ تَعَالى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنْهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Apabila Anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” (HR. Ahmad, no.17349, Thabrani dalam Al-Kabir, no.913, dan disahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 414).
Lalu, bagaimanakah cara mengetahui status rizki yang kita miliki apakah termaksuk nikmat atauka niqmah? Caranya adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah:
سئل ابن القيم إذا أنعم الله على الإنسان بنعمة كيف يعرف إن كانت فتنة أم نعمة؟ فقال:إذا قربته إلى الله فهي نعمه وإذا أبعدته عن الله فهي فتنه .
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah ditanya: “Apabila Allah memberi rizki kepada manusia, bagaimana cara ia membedakan apakah itu fitnah (niqmah) atau nikmat? Beliau menjawab: “Jika rizki itu mampu mendekatkan dirinya kepada Allah, maka itu adalah nikmat, namun jika rizki itu justru menjauhkan dirinya dari Allah maka itu adalah fitnah (niqmah).
Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang dapat mempergunakan rizki Allah dalam rangka ketaatan. Walallahu ‘Alam.
By: Zaid Royani, MADINA-Majelis Dakwah Islam Nusantara-
(Ryzkur.com) Harta Antara Nikmat dan Fitnah?
Post a Comment Blogger Facebook