0
www.ryzkur.com | Di zaman sekarang ini, manakala mendengarkan nasehat atau peringatan tentang kematian, kubur dan akhirat, kebanyakan orang tidak mempedulikannya, tidak mencemaskannya dan tidak mengambil pelajaran darinya. Bahkan, jika disebut tentang Jannah dan neraka, hal itu sudah tidak lagi menarik perhatian mereka. Hal ini tidak terjadi kecuali karena telah hilangnya rasa takut kepada Allah di hati mereka. 

Mengukur Kadar Rasa Takut Kepada Allah


Dunia telah menjadi tujuan terbesar mereka, yang selalu mereka pikirkan berkutat masalah dunia, dan mereka pun tertipu olehnya. Padahal hal itulah yang menyebabkan mereka binasa dan mendapatkan kerugian dunia dan akhirat, karena hati mereka telah mati terlebih dahulu sebelum matinya jasad mereka.

Semestinya, setiap orang memahami, bahwa didunia ini hanyalah sementara, dan ia pasti berjalan menuju akhirat. Oleh karenanya, ia harus memiliki bekal yang cukup, dan sebaik-baik bekal bagi seorang hamba dalam mengarungi dunia yang fana ini menuju akhirat kekal abadi adalah takwa, sebagaimana Allah SWT berfirman :
"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah wahai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqarah :197)

Orang berakal adalah orang yang menyadari hal ini dan merealisasikannya dalam kehidupan nyata, karena pada suatu hari nanti, harta dan anak tak lagi berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan membawa hati yang bersih.

Berbagai nikmat dunia, berupa kesehatan, harta, kedudukan dan kekuasaan, semua itu akan hilang dan binasa. Yang akan dibawa ketika menghadap Allah hanyalah amal yang telah ia lakukan, baik amal buruk atau amal yang sholih. Dan balasan itu sesuai dengan amal yang telah dilakukannya.

Menurut penjelasan Ali bin Abi Thalib ra. takwa adalah al-khaufu minal jalil (takut kepada Allah Yang Maha Mulia), al-'amalu bit tanzil (mengamalkan kitabullah), al-qona'atu bil qolil (merasa cukup dengan sesuatu yang sedikit) dan al-isti'dad liyaumir rahil (mempersiapkan bekal untuk menghadap hari akhirat). Dengan definisi ini, beliau menjelasakan dasar-dasar takwa dan pilar-pilarnya.

Maka dapat dipahami, bahwa rasa takut kepada Allah SWT adalah pangkal hikmah dan intisari iman. Dan sesungguhnya, orang yang tunduk dan takut kepada Allah adalah orang-orang yang mengetahui kebesaran Nya da menunaikan hak-hak Nya. Allah berfirman :
"Sesungguhnya yang takut  kepada Allah di antara hamba-hamba Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Faathir : 28)

Maka tidaklah cukup rasa takut tanpa melakukan amal, karena barangsiapa yang benar-benar takur kepada Allah, maka rasa takut itu akan mendorongnya untuk beramal. Maka barangsiapa yang takut kepada Allah SWT, maka ia akan melaksanakan kewajiban-kewajiban Nya dan menjauhi larangan Nya dan ia akan selalu merasa diawasi Allah dan merasakan kehadiran Nya.

Para salafus shalih adalah keteladanan yang baik dalam hal ini. Mereka sealau bertakwa kepada Allah, berlaku zuhud, beramal kebajikan dan takut kepada Allah dengan sebenar-benarnya, sehingga air mata merekapun berlinang dan telapak kaki mereka pecah-pecah karena lamanya mereka berdiri untuk melakukan shalat malam.

Dunia tidak seperti melenakan mereka, karena mereka menganggapnya hina dan berusaha memanfaatkan waktu sedikit di dunia ini dengan sebaik-baiknya untuk kebahagiaan di waktu yang panjang di akhirat kelak. Mereka selalu memikirkan mengenai alam kubur dengan segala apa yang ada di dalamnya beserta kejadian setelahnya di hari kiamat.

Yazid Ar-Roqoosy pernah berkata kepada dirinya sendiri,
"Sesungguhnya celaka dirimu wahai yazid, siapakah yang shalat untukmu setelah kematiannmu? siapakah yang akan melakukan shaum untukmu setelah kematianmu? siapakah yang akan mencari keridhaan Rabbmu untukmu setelah kematianmu? Wahai manusia, mengapa kalian tidak menangisi diri kalia selama masih hidup? ketahuilah, sesungguhnya kematian akan mengintai setiap orang dari kita, kuburan akan menjadi tempat tinggalnya, tanah akan menjadi kasurnya dan cacing akan menjadi temannya. Dan dalam kondisi ini seperti inipun ia masih menunggu ketakutan yang sangat (hari kiamat), lantas bagaimanakah keadaannya?"
Kemudian Yazidpun menangis.

Mari kita bermuhasabah, seberapakah kadar rasa takut kita kepada Allah? dan seberapakah rasa takut itu bida mendorong kita untuk beramal? semoga kita mendapat dua Jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang takut kepada Rabbnya. aamiin.

Sumber : Abu Zidna | Kalam Dakwah edisi 07 Tahun I Agustus 2014M

Post a Comment Blogger

 
Top